KALAHKAN KETAKUTAN MENUJU KEMENANGAN (Sebuah Studi Naratif Kitab Ester 4:1-17)

27/07/2011 18:23

 

Pendahuluan

            Tidak dapat dipungkiri bahwa ketakutan merupakan salah satu bagian dari kehidupan manusia.  Walaupun ada banyak orang yang mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki ketakutan pada apapun namun dalam hati kecilnya pasti dia memiliki dan pernah merasakan ketakutan.  Ester sebagai tokoh yang hendak kita pelajaari merupakan salah satu tkoh dalam Alkitab yang memiliki rasa ketakutan.  Keberatan yang  Ester berikan kepada perintah Mordekhai paman Ester bahwa perintah tersebut membahayakan dirinya menjadi sebuah sorotan perasaan ketakutan manusia.  Setelah Mordekhai mendesak Ester untuk melakukannya ia pun berjanji akan menghadap raja Ahasyweros.  Tidak hanya itu saja Ester memberikan sebuah permohonan untuk Mordekhai dan seluruh orang Yahudi di Susan untuk berpuasa selama tiga hari tiga malam bersama-sama dengan dia dan dayang-dayangnya.  Hal ini dilakukan sebagai bentuk penyerahan diri kepada Allah untuk tanggung jawab yang Dia berikan kepada Ester.

            Makalah ini akan menolong kita untuk belajar dari seorang tokoh yaitu Ester dalam pergumulannya bersama Tuhan untuk melakukan pekerjaan yang besar mengatasi ketakutan

akan keselamatan dirinya.

Latar Belakang Histori

            Sore itu aku sedang tidur-tiduran di ranjangku yang empuk dan nyaman.  Dengan mencium bau wangi-wangian yang harum tersebar diseluruh kamarku, aku pun merasa bahwa hidupku sudahlah yang terbaik yang Dia berikan kepadaku.  Ditambah lagi saat aku melihat tubuhku aku tergagum sungguh indah dan lembutnya kulit yang Dia berikan padaku.  Sejenak akau terhanyut dalam lamunanku.  Namun tiba-tiba terdengarlah beberapa langkah kaki menuju kamarku.  Aku terbangun dan duduk dipinggiran tempat tidurku.  Terdengar ketokan  pintu dan suara yang memanggil namaku dari luar kamar.  Akupun mempersilahkan mereka untuk masuk dan bertanya apa sedang terjadi.  Walau dengan berat hati mereka mengatakan bahwa banyak orang-orang sebangsaku di tengah-tengah kota yang sedang berkabung yang disertai puasa dan ratap tangis bahkan mereka memakai kain kabung dengan abu sebagai alas tidur mereka.  Hatiku sangat risau saat itu karena aku tahu bahwa apa yang mereka lakukan itu merupakan tanda bahwa akan terjadi sesuatu yang menimpa orang-orang sebangsaku.  Hatiku lebih sedih lagi ketika aku mendengar pamanku keluarga satu-satunya di tempat itu ikut melakukannya dan menolak saat aku memberikan pakaian kepadanya untuk dia pakai.

            Aku sedih sekaligus bingung ketika pamanku mengembalikan pakaiaan yang aku berikan kepadanya.  Karena aku tidak boleh kelura dari kamar, akupun menyuruh pelayanku untuk menanyakan apa arti dari semua ini.  Lama aku harus menunggu pelayanku kembali membawa berita yang ingin aku dengar.   Sampai akhirnya pelayanku datang dengan membawa informasi yang aku inginkan.  Ia pun menceritakan sesuai dengan apa yang dia terima dari pamanku.  Akhirnya ku tahu apa yang sedang terjadi.  Diakhir pembicaraan pamanku dengan pelayanku, paman memberi satu perintah kepadaku yang perintah itu jika aku lakukan dapat membahayakan diriku.  Akupun takut dan menyuruh pelayanku untuk menemui pamanku sekali lagi dan mengatakan keberatanku.  Namun pamanku malah mendesakku dengan berbagai macam dorongan untuk melakukan tanggung jawab itu.  Tanpa berpikir lama-lama akupun mengiyakan perintah itu.  Tetapi aku juga meminta kepada pamanku dan seluruh orang-orang sebangsaku yang sama-sama satu kawasan dengan aku untuk berpuasa dan berdoa bersama-sama aku dan pelayan-pelayanku, selama tiga hari tiga malam.  Semua ini aku lakukan sebagai bentuk penyerahan diri kepada Dia yang elah memberi tanggung jawab kepadaku.  Sehingga saat aku menghadapi segala resiko aku

mendapatkan sebuah keyakinan bahwa ini dari Dia dan kebijaksanaan untuk menghadapinya.

Isi Khotbah

            Itulah kisah dari seorang tokoh Alkitab, seorang perempuan yang tergar dan yang berani mengambil keputusan, walaupun dia tau apa resiko yang harus dia terima.  Ester ialah seorang ratu yang menggantikan ratu Wasti sebagai istri raja Ahasyweros.  Ester, seorang gadis Yahudi yang berhasil menjadi ratu kerajaan Persia.  Nama ibraninya adalah Hadasa (Ester 2:7), ia seorang anak dari saudara dari ayah Mordekhai oleh karena orang tua Ester  meninggal iapun diangkat Mordheai sebagai anak. 

            Sebuah peristiwa dimana kita dapat belajar bagaimana seharusnya menghadapi sebuah perasaan takut akaun tugas dan tangungjawab yang besar yang diberikan kepada kita.  Dalam ayat 1-3 terlihat sebuah situasi perkabungan yang dilakukan oleh orang Yahudi.  Yaitu pemakaiaan kain kabung dan abu yaitu sebagai tanda kesedihan yang sanag mendalam yang orang-orang Yahudi rasakan pada saat itu.  Ayat 4-17 merupakan respon Ester terhadap peristiwa tersebut.  Ketika Ester mendengar hal tersebut ia mengirim pakaian untuk dipakai oleh Mordekhai tetapi dia menolaknya.  Ini menunjukkan keseriusan dari situasi yang terjadi kepada Ester.  Kemudian Ester memanggil Hatah untuk mencari tahu arti dari semua ini.  Hatah menceritakan apa yang diceritakan Mordekhai kepadanya bahwa Haman akan memunahkan, membunuh dan membinasakan semua orang Yahudi pada tanggal yang telah ditentukan (Ester 3:13).  Mordekhai juga memerintahkan Ester untuk menghadap raja Ahasyweros memohon karunianya dan untuk membela bangsanya.  Tugas besarpun diberikan kepada Ester.  Awalnya Ester keberatan dengan tugas tersebut karena dalam kerajaan Persia ada sebuah undang-undang dimana setiap orang yang menghadap raja dipelataran dalam dengan tidak dipanggil akan mendapat hukuman mati.  Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup.  Itulah yang menjadi salah satu ketakutan Ester terlebih lagi bahwa Ester telah tiga puluh hari tidak dipanggil oleh raja, sehingga secara otomatis ini juga yang menjadi alasan kuat ketakutan Ester bahwa keadaan ini akan merusak permohonannya untuk menghadap.

            Seringkali ketakutan semacam ini terjadi juga kepada kita.  Saat kita tahu tugas yang membahayakan diberikan kepada kita untuk kita lakukan.  Apakah respon kita? Respon penolakankah yang akan kita berikan?  Atau mungkin kita berkata ini bukan kehendak Tuhan, jadi kenapa saya harus melakukannya?   Ada dua langkah yang dapat kita lakukan untuk kita dapat menghadapi semua ini.

            Langkah pertama adalah ”Melihat Allah yang memberi tugas tersebut.”  Firman Allah dengan jelas berkata kepada kita semua.  Dalam ayat 13-14, Mordekhai memberikan sebuah desakan atau dorongan kepada Ester.  Benar kata Mordekhai maut akan tetap menanti Ester apakah dia menghadap raja atau tidak.  Satu saran yang diberikan Mordekhai adalah lebih baik bertarung menghadapinya.  Walaupun nantinya Ester gagal akan datang pertolongan dan kelepasan dari pihak lain.  Memang dalam seluruh kitab ini tidak disebut nama Allah tetapi Ester diajak untuk melihat sesuatu rencana yang telah Allah atur dalam hidupnya yaitu, mungkin saja pengangkatan Ester menjadi ratu justru untuk mengatasi kritis yang ditimbulkan oleh Haman tersebut. 

            Ketahuilah bahwa kita memiliki Allah yang luar biasa dalam hidup kita, rencana Tuhan adalah rencana yang indah.  Saat kita tidak mampu untuk menghadapi tugas yang membahayakan menurut kita, pandanglah Allah yang memberikan tugas tersebut.  Dia adalah Allah yang tidak akan pernah meninggalkan kita.  Pemeliharaan Allah yang tidak pernah gagal bagi umat-Nya.  Namun ada satu hal lagi yang perlu kita untuk lakukan.

            Ayat 15-17, menolong kita akan langkah yang selanjutnya yang harus kita lakukan yaitu ”Penyerahan diri secara total kepada Allah.”  Walaupun dengan keberaniannya Ester menerima tugas tersebut ada suatu rasa ketidaklayakan akan dirinya.  Permohonan untuk berpuasa dan berdoa selama tiga hari tiga malam ini merupakan sebuah kepasrahannya kepada pertolongan Allah.  Dan sampai dia berani berkata, ”kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.”  Sikap ini adalah sebuah keyakinan terhadap kehendak dan kebijaksanaan Allah.

            Biarlah kita sebagai anak-anak Tuhan juga memiliki kerendahan hati dihadapan Tuhan yang telah memilih kita untuk melakukan pekerjaan besar yang Dia sediakan bagi kita.  Penyerahan diri secara total sangatlah perlu untuk kita lakukan dalam menghadapi segala

situasi terlebih untuk tugas yang mulia ini.

Aplikasi

  1. Sebagai Manusia kita pastilah pernah mengalami ketakutan, khususnya ketakutan yang dimana kita diberikan sebuah tugas yang besar bagi kita yang itu jelas-jelas kita tahu membahayakan kita.  Ketahuilah bahwa Allah akan selalu ada untuk kita.  Pandanglah Dia yang memberikan tugas yang mulia tersebut dan percayalah akan pemeliharaanNya yang kitak akan pernah gagal bagi umat-Nya.
  2. Ketahuilah juga bahwa ketika kita telah percaya akan janji-janji Allah tersebut dan mau dengan berani mengatakan saya mau melakukannya.  Rendahkanlah hatimu kepada-Nya, serahkanlah semua hidupmu kepadanya sebagai bukti kepasrahan pada pertolongan Allah.  Sehingga kita akan dapat berkata kalau terpaksa akau mati dengan tugas ini, biarlah aku mati.  Kita berani berkata seperti itu karena kita telah hidup dalam kehendak-Nya.

Penulis: Timothy Bayu Endar S. Ferdianto